Laman

Selasa, 25 Oktober 2011

TUGAS PRIBADI BAHASA INDONESIA

1. Jelaskan pengertian penalaran dan sebutkan macamnya, serta jelaskan penerapannya!
Penalaran adalah aktivitas berpikir manusia dari pengetahuan yang sudah ada menuju ke pengetahuan baru yang merupakan suatu pengertian.

Macam-macam penalaran :
a) Penalaran Induktif
b) Penalaran Deduktif

Penerapan “Induktif”
Penalaran induktif berarti suatu penalaran dimulai dari hal - hal yang khusus / specific menuju ke hal yang umum / general. Logikanya mengerucut.
"Ayam bertelur. Bebek bertelur. Elang bertelur. Semua jenis unggas bertelur."
Ayam, bebek, dan elang adalah kata yang merujuk pada hal yang khusus, sedangkan unggas adalah kata yang umum.
Pernyataan ”Ayam , bebek, dan elang” merupakan hal khusus, yaitu pengkhususan dari unggas, lalu dilanjutkan dengan pernyataan kesimpulan yang umum yaitu unggas.

Penerapan “Deduktif”
Penalaran deduktif berarti suatu penalaran dimulai dari hal umum menuju ke hal - hal yang khusus. Logikanya bercabang.
"Rumah itu besar sekali. Di dalamnya ada 4 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, dapur beserta kitchen set yang luas, dan 3 kamar mandi."
Rumah adalah kata yang merujuk pada hal umum. Sementara 4 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, dll. adalah komponen - komponen yang mengacu pada hal - hal khusus.

2. Jelaskan langkah –langkah dalam metode ilmiah !
Langkah-langkah
1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan.
3. Membangun sebuah bibliografi.
4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah.
8. Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
15. Menulis laporan penelitian.

3. Jelaskan perbedaan karya ilmiah, karya ilmiah populer dan karya non-ilmiah!
Karya ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Karya ilmiah populer adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim yang disajikan dengan menggunakan bahasa dan kerangka sajian isi yang lebih menarik dan mudah dipahami
Karya non-ilmiah adalah Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).

4. 4. Jelaskan sikap ilmiah yang harus dimiliki mahasiswa!
Sikap ingin tahu :
Selau berusaha mencari tahu tanpa disuruh muncul ide dari diri sendiri untuk melakukan penelitian sampai benar - benar tahu dan paham;
senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa untuk mendukung pemahaman;
kebiasaan menggunakan kemampuan seoptimal mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam setiap hal - hal yang berkaitan dengan pengetahuan.
Sikap kritis :
Tidak begitu saja menerima pendapat tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan, atau bahkan jika hanya sekedar berpendapat;
Tidak merasa paling benar dan harus diikuti oleh orang lain;
Bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat dan terbuka terhadap berbagai pandangan pihak lain.
Sikap obyektif :
Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan hal pribadi dan tidak dikuasai oleh pikiran dan motifnya sendiri. Dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek tunggal atas objek yang dibahas.
Sikap ingin menemukan :
Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru;
kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif;
selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.

Sikap menghargai karya orang lain:
Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.

Sikap tekun :
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai;
terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

Sikap terbuka :
Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya, termasuk menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.
0 comments

KELOMPOK 1 HIPOTESIS

Kelompok 1


Hipotesis  atau  hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkanpengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Hipotesis berasal dari bahasa Yunanihypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian.
Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadarteliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atauproposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu di antaranya, yaitu penelitian sosial.
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:Kegunaan

  1. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
  2. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
  3. Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.


Hipotesis dalam penelitian

Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
  1. Untuk menguji teori,
  2. Mendorong munculnya teori,
  3. Menerangkan fenomena sosial,
  4. Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
  5. Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.


Karakteristik

Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
  1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
  2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
  3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisiukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
  4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
  5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
  6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari wakturuang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
  7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.


Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum

Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:
  1. Penentuan masalah.
    Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.



  2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
    Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatantidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.



  3. Pengumpulan fakta.
    Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.



  4. Formulasi hipotesa.
    Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.



  5. Pengujian hipotesa
    Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasiFalsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.



  6. Aplikasi/penerapan.
    Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.

Rabu, 05 Oktober 2011

WASPADAI KEMACETAN LALU LINTAS

WASPADAI KEMACETAN LALU LINTAS
Kemacetan lalu lintas sering membuat kita boring ( bosan ) dan kesal. Seperti yang kita ketahui, kemacetan terdapat disetiap sudut persimpangan jalan. Dimana banyak pengguna jalan yang tidak menghargai pengendara yang lain. Mereka lebih mementingkan keegoisan mereka untuk mendahului pengguna jalan lainnya. Tentu akan sangat merugikan pengendara lain. Dibutuhkan kesabaran untuk menghadapi pengendara yang demikian.
Pasti ada jalan untuk menghindari kemacetan. Selain dari pengguna jalan itu sendiri yang harus sadar diri untuk mematuhi semua peraturan lalu lintas demi lancarnya arus lalu lintas dan terhindar dari kemacetan, ada pihak pihak yang dirasa perlu lebih bertanggung jawab atas kelancaran lalu lintas.
Siapakah mereka?
Dan kenapa harus mereka?
Polisi lalu lintas yang harus bertanggung jawab atas kelancaran lalu lintas. Dan kenapa harus mereka karena tanpa peran mereka kelancaran lalu lintas akan kurang maksimal. Mereka yang mengatur jalannya lalu lintas. Dan mereka yang membuat peraturan lalu lintas.
Sejauh yang saya amati, salah satu contohnya adalah lampu rambu-rambu lalu lintas. Permasalahannya adalah kenapa tidak disemua titik ada, terutama di jalan jalan besar dan padat kendaraan. Misalkan jalan kecil masih bisa kita maklumi, tetapi bagaimana dengan jalan yang padat dan selalu ramai kendaraan. Sekali dua kali boleh lah belum dipasang. Tapi kenapa hingga bertahun-tahun tidak dipasang juga, padahal sudah tau kalau jalan itu rawan macet.
Selain tidak dipasangnya lampu rambu-rambu lalu lintas, kadang kehadiran polantas juga tidak kita lihat untuk mengatur lalu lintas pada jalan-jalan rawan macet. Munkin akan menambah kesal para pengguna jalan yang terkena macet.
Apakah mereka makan gaji buta. Bukankah rakyat juga berhak mendapatkan fasilitas atas apa yang telah dibayarkan kepada negara seperti pajak. Fasilitas kemacetankah yang kita terima? Semoga ada alasan yang tepat untuk menanggapi semua ini dari pihak polantas sendiri.
Penulis mohon maaf apabila kekurang pahaman yang lebih detile lagi tentang bagaimana tugas polantas sesungguhnya. Penulis juga hanyalah orang awam, namun kami buth kejelasan dan ketegasan dari pihak polantas sendiri dan juga pemerintah untuk memberikan fasilitas kepada masyarakatnya.
Terlepas dari itu, bagaimana kita menyikapinya. Selain kesabaran dan kepatuhan kita akan peraturan lalu lintas, kita juga membutuhkan strategi untuk menghinndari kemacetan ini. seperti apakah strategi kita, berikut adalah tips-tips menghindari / mewaspadai kemacetan :
  1. Pastikan ketepatan kita untuk memilih waktu dalam berkendara. Seperti memilih jam-jam yang bukan jam masuk sekolah, kerja, ataupun kuliah. 
  2. Hindari jam-jam rawan macet seperti jam-jam masuk sekolah, kerja ataupun kuliah. 
  3. Jika memang harus menemui jam-jam rawan macet, sediakan waktu lebih agar tidak terlambat masuk. Seperti 30 menit perjalanan, dari yang seharusnya hanya 10-15menit perjalanan.
  4. Sediakan kesabaran extra
  5. Hindari keegoisan untuk mendahului dengan cara yang tidak benar.
  6. Hargailah pengguna jalan yang lain.
  7. 7. Sadari masalah kemacetan. Seperti, ada kecelakaan, harus extra sabar menunggu jalannya proses evakuasi. Jika ada persimpangan kurangi kecepatan.
  8. Patuhi rambu-rambu lalu lintas.
Masih banyak yang akan ditulis. Namun keterbatasan waktu yang membuat penulis untuk mengakhiri tulisan ini. semoga ada hari lain untuk meneruskan tulisan ini.
Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ini. dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga bermanfaat.


Selasa, 04 Oktober 2011

RUMAH MINIMALIS

DIJUAL MURAH !!!


HUBUNGI : 081314243490 ( PURWANTO )
JL. KP. KRAMAT - CIPAYUNG

lingkungan kampus tak semua kotor

PERAN ORANG TUA ( WALI ) TERHADAP ANAK

PERAN ORANG TUA ( WALI ) TERHADAP ANAK

Pergaulan anak jaman sekarang sungguh tidak mengindahkan hati. Khususnya, kesopanan, ketatakramaan, dan kepatuhan pada diri mereka tidak ada lagi. Seperti berbicara kepada orang yang lebih tua, orang tua, guru, dsb, mereka seakan menganggapnya teman sendiri tak ada rasa malu canggung dan takut. Pernahkan kalian melihat seorang anak yang berani menyuruh orang tuanya untuk mencucikan pakaian dan mengambilkan makanan untuknya? Tentu kalian pernah. Apakah hal demikian pantas untuk dicontoh. Karena ketidak sopanan, ketatakramaan, dan ketidak patuhan inilah yang mencerminkan kepribadian mereka kurang menyenangkan.

Seakan mereka tidak pernah diajarkan kesopanan, ketatakramaan, dan kepatuhan. Apakah disekolah mereka tidak diajarkan demikian. Tentu para guru akan mengajarkannya. Dan apakah di dalam keluarga mereka juga tidak diajarkan. Pasti orang tua dan keluarga akan mengajarkannya. Orang tua, kakak, keluarga, tetangga bahkan gurupun juga ikut andil untuk masalah ini. Peran orang disekitarnya sangatlah penting untuk pertumbuhan mereka.

Lalu apa yang menyebabkan demikian. Kesalahan mendidikkah. Atau kelalaian para wali termasuk orang tua keluarga dan guru.

Sejauh yang saya pantau, ada salah 1/3 para wali yang salah mengajarkan kepada anaknya. Lalu 1/3 pula mereka mengajarkan dengan benar. Namun masalahnya, bagaimana peran para wali yang 1/3 nya lagi. Apakah mereka mendidik dengan benar atau mereka mendidik dengan benar namun juga tidak luput dari kelalaian yang berakibat besar.

Dengan demikian kita masih menemui sedikit dari mereka yang masih memiliki kesopanan, ketatakramaan, dan kepatuhan. Namun ada juga yang tingkat kesopanan, ketatakramaan, dan kepatuhan masih dibilang sedikit.

Bagaimana menumbuhkannya kepada anak didik kita?

Sebenarnya hanya butuh kesabaran dan ketauladanan dari kedua orang tua, keluarga, saudara, tetangga, dan para guru mereka. Jangan sampai para tauladan kita memberikan contoh yang salah. Itulah cara yang terlihat mudah namun membutuhkan perjuangan extra demi anak didik kita.

Bagaimana agama mengajarkan? Dalam islam mengajarkan bagaimana kita bersikap kepada orang tua kita. Kisah Nabi Muhamad Saw, suatu ketika ada seorang anak bertanya kepada Nabi, “Wahai Nabi, siapakah yang harus saya cintai?” Nabi menjawab “ibumu”. Lalu siapa lagi nabi? Tanya anak itu. Nabi kembali menjawab, “ibumu”. Anak itu masih bertanya, “kemudian siapa lagi Nabi”. Nabi masih menjawab, “ibumu”. Dan anak itu bertanya yang terakhir kalinya, setelah itu siapa lagi wahai Nabi Muhamad?” Nabi kemudian baru menjawab dengan jawaban yang berbeda, “ayahmu”

Sebegitu pentingnya perintah itu, hingga berulang-ulang kali Nabi mengucapkannya. Untuk mencintai orang tua. Nabi Muhammad saw bersabda, “jangan sekali-kali engkau mengucapkan kata ah kepada kedua orang tuamu”. Perintah ini jelas untuk tidak pernah melawan kedua orang tua kita. Maka dari itu marilah jaga lisan kita dan tindakan kita untuk tidak menyakiti orang tua dengan menaati perintah kedua orang tua kita. Lakukanlah apa yang menjadi nasehat dan perintah kedua orang tua kita. Karena mereka akan mengarahkan yang terbaik untuk kita.

Dalam islam pun memperbolehkan kita untuk melawan kedua orang tua kita jika perintah dan nasehat mereka tidak sesuai syariat islam.

So, keep spirit for try! Jadikan generasi yang indah.

Semoga bermanfaat bagi para pembaca, penulis menyampaikan mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang fatal dalam tulisan ini dan penulis sangat mengharap kritik dan saran dari para pembaca, karena penulis menyadari ketidak sempurnaan tulisan ini.



Minggu, 02 Oktober 2011

TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA

TUGAS KELOMPOK


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan anugerahNya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Makalah ini merupakan hasil pengumpulan data mengenai “PENALARAN INDUKTIF DAN PARAGRAF INDUKTIF” sebagaimana yang akan menjadi acuan pembelajaran dalam bidang studi mata kuliah Bahasa Indonesia 2.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yaitu yang terhormat kepada :

1. Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun materil sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

2. Bapak Tri Budiarta selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia 2.



Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.





Jakarta, 26 September 2011



Penulis















DAFTAR ISI



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 3

1.2 Tujuan Penulisan Makalah 3

1.3 Permasalahan 3

1.4 Metode Pengumpulan Data 4

BAB 2. GAMBARAN UMUM

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Paragraf Induktif 6

3.2 Penalaran Induktif 6

3.3 Jenis-jenis Penalaran Induktif 6

BAB 4. DAFTAR PUSTAKA



















BAB 1

PENDAHULUAN



1. Latar Belakang

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akat terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

2. Tujuan Penulisan Makalah

Penulisan makalah ini bertujuan sebagai berikut :

Dalam rangka peningkatan mutu Bahasa Indonesia dalam menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual.

Dalam rangka memahami, menganalisa konesp penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.

Selain itu tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah nilai pada mata kuliah Bahasa Indonesia 2.

3. Permasalahan

Ada dua metode dalam penalaran tapi disini kami hanya membahas mengenai metode penalaran Induktif dimana metode penalaran induktif adalah adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh data dengan menggunakan metode sebagai berikut :



 Metode Kepustakaan

Yaitu membuat makalah mendapatkan data – data dari hasil membaca buku yang tersedia di perpustakaan.

























BAB 2

GAMBARAN UMUM



Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.



















BAB 3

PEMBAHASAN



1. Pengertian Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas.



2. Penalaran Induktif

Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.



3. Jenis - Jenis Penalaran Induktif

Aspek dari penalaran induktif adalah analogi dan generalisasi. Menurut Jacob (dalam Shofiah, 2007 :15), hal ini berdasarkan bahwa penalaran induktif terbagi menjadi dua macam, yaitu generalisasi dan analogi.



a. Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.

b. Generalisasi adalah penarikan kesimpulan umum dari data atau fakta-fakta yang diberikan atau yang ada.

1. Analogi mempunyai 4 fungsi, antara lain :

1. Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan

2. Meramalkan kesaman

3. Menyingkapkan kekeliruan

4. Klasifikasi

2. Contoh dari Analogi

Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.

1. Macam - Macam Generalisasi

a) Generalisasi sempurna

Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.

Contoh:

sensus penduduk

b) Generalisasi tidak sempurna

Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.

Contoh:

Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.

Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.

Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.

Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:

1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.

2. Sampel harus bervariasi.

3.Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.

















































BAB 4

DAFTAR PUSTAKA

http://carapedia.com

http://kafeilmu.com

http://www.vanz-garuda.co.cc/2010/03/penalaran-induktif.html

http://ssantoso.blogspot.com/2008/08/penalaran-induktif-dan-deduktif-materi.html

http://www.taqdire.web.id/2010/02/penalaran-induktif.html