Laman

Selasa, 04 Oktober 2011

PERAN ORANG TUA ( WALI ) TERHADAP ANAK

PERAN ORANG TUA ( WALI ) TERHADAP ANAK

Pergaulan anak jaman sekarang sungguh tidak mengindahkan hati. Khususnya, kesopanan, ketatakramaan, dan kepatuhan pada diri mereka tidak ada lagi. Seperti berbicara kepada orang yang lebih tua, orang tua, guru, dsb, mereka seakan menganggapnya teman sendiri tak ada rasa malu canggung dan takut. Pernahkan kalian melihat seorang anak yang berani menyuruh orang tuanya untuk mencucikan pakaian dan mengambilkan makanan untuknya? Tentu kalian pernah. Apakah hal demikian pantas untuk dicontoh. Karena ketidak sopanan, ketatakramaan, dan ketidak patuhan inilah yang mencerminkan kepribadian mereka kurang menyenangkan.

Seakan mereka tidak pernah diajarkan kesopanan, ketatakramaan, dan kepatuhan. Apakah disekolah mereka tidak diajarkan demikian. Tentu para guru akan mengajarkannya. Dan apakah di dalam keluarga mereka juga tidak diajarkan. Pasti orang tua dan keluarga akan mengajarkannya. Orang tua, kakak, keluarga, tetangga bahkan gurupun juga ikut andil untuk masalah ini. Peran orang disekitarnya sangatlah penting untuk pertumbuhan mereka.

Lalu apa yang menyebabkan demikian. Kesalahan mendidikkah. Atau kelalaian para wali termasuk orang tua keluarga dan guru.

Sejauh yang saya pantau, ada salah 1/3 para wali yang salah mengajarkan kepada anaknya. Lalu 1/3 pula mereka mengajarkan dengan benar. Namun masalahnya, bagaimana peran para wali yang 1/3 nya lagi. Apakah mereka mendidik dengan benar atau mereka mendidik dengan benar namun juga tidak luput dari kelalaian yang berakibat besar.

Dengan demikian kita masih menemui sedikit dari mereka yang masih memiliki kesopanan, ketatakramaan, dan kepatuhan. Namun ada juga yang tingkat kesopanan, ketatakramaan, dan kepatuhan masih dibilang sedikit.

Bagaimana menumbuhkannya kepada anak didik kita?

Sebenarnya hanya butuh kesabaran dan ketauladanan dari kedua orang tua, keluarga, saudara, tetangga, dan para guru mereka. Jangan sampai para tauladan kita memberikan contoh yang salah. Itulah cara yang terlihat mudah namun membutuhkan perjuangan extra demi anak didik kita.

Bagaimana agama mengajarkan? Dalam islam mengajarkan bagaimana kita bersikap kepada orang tua kita. Kisah Nabi Muhamad Saw, suatu ketika ada seorang anak bertanya kepada Nabi, “Wahai Nabi, siapakah yang harus saya cintai?” Nabi menjawab “ibumu”. Lalu siapa lagi nabi? Tanya anak itu. Nabi kembali menjawab, “ibumu”. Anak itu masih bertanya, “kemudian siapa lagi Nabi”. Nabi masih menjawab, “ibumu”. Dan anak itu bertanya yang terakhir kalinya, setelah itu siapa lagi wahai Nabi Muhamad?” Nabi kemudian baru menjawab dengan jawaban yang berbeda, “ayahmu”

Sebegitu pentingnya perintah itu, hingga berulang-ulang kali Nabi mengucapkannya. Untuk mencintai orang tua. Nabi Muhammad saw bersabda, “jangan sekali-kali engkau mengucapkan kata ah kepada kedua orang tuamu”. Perintah ini jelas untuk tidak pernah melawan kedua orang tua kita. Maka dari itu marilah jaga lisan kita dan tindakan kita untuk tidak menyakiti orang tua dengan menaati perintah kedua orang tua kita. Lakukanlah apa yang menjadi nasehat dan perintah kedua orang tua kita. Karena mereka akan mengarahkan yang terbaik untuk kita.

Dalam islam pun memperbolehkan kita untuk melawan kedua orang tua kita jika perintah dan nasehat mereka tidak sesuai syariat islam.

So, keep spirit for try! Jadikan generasi yang indah.

Semoga bermanfaat bagi para pembaca, penulis menyampaikan mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang fatal dalam tulisan ini dan penulis sangat mengharap kritik dan saran dari para pembaca, karena penulis menyadari ketidak sempurnaan tulisan ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar